Senin, 30 Mei 2016

Jual Pupuk Kelapa Sawit Di Sumatera Utara || 0812 8002 2004

Ichastore.com – Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1848. Saat itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Botanical Garden), dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda).

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor hingga sekarang masih hidup dengan ketinggian sekitar 12 m. Tanaman tersebut merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Awalnya, tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias. Adapun pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu Adrien Hallet, seorang Belgia. Budi daya yang dilakukan Adrien Hallet diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokasi perkebunan kelapa sawit pertama di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan NAD dengan luas areal mencapai 5.123 ha.

Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Produksinya merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Lahan perkebunannya juga mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan pada tahun 1957. Namun, produksi kelapa sawit menurun akibat perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif. Masa pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan Tanaman kelapa sawit.
Awalnya dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraanmasyarakat, dan menghasilkan devisa negara. Pemerintah juga terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Tahun 1980, luas lahan perkebunan mencapai 294.560 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 721.172 ton. Sejak itu, lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat, terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR–BUN). Periode 1999—2009, pertumbuhan luas areal tanaman kelapa sawit perkebunan besar negara relatif kecil, yaitu rata-rata 1,73% per tahun. Adapun pertumbuhan terbesarnya, yaitu pertumbuhan perkebunan rakyat mencapai rata- rata 12,01% per tahun, sedangkan pertumbuhan perkebunan besar sekitar 5,04% per tahun. Saat ini luas areal perkebunan sawit di Indonesiadidominasi Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan luas sekitar 3.893 ribu ha (49,75%) dari total areal nasional seluas 7.824 ribu ha. Sementara itu, yang diusahakan  perkebunan rakyat (PR) sekitar 3.314 ribu ha (42,35%) dan selebihnya 616 ribu ha (7,9%) adalah milik PBN.

Sebagai Perusahaan Anak Bangsa, PT Natural Nusantara Memperkenalkan Produknya, salah satunya pupuk untuk meningkatkan hasil panen di sektor Kelapa Sawit.
Kesaksian NYATA Bpk. Susanto Di Parenggean, Kab Kotawaringin Timur, Sampit, Kalteng
Pak Susanto mendapatkan panen kelapa sawitnya meningkat hampir 2 KALI LIPAT dari tahun sebelumnya. Panen kali ini mencapai 7,8 ton, untuk 544 tanaman pada umur 6-8 tahun di lahan seluas 4 hektar. Biasanya, Pak Susanto harus pasrah dengen hanya memanen maksimal 4 ton. 3,8 ton lebih banyak dari biasanya! Saya sudah coba pakai dengan bermacam-macam pupuk, tapi hasilnya tetap tidak berubah. Setelah saya pakai Produk dari NASA ternyata hasilnya sangat memuaskan.
Tidak ada yang sebagus produk NASA. ”Demikian Pak Susanto membeberkan rahasianya. Pak Susanto menggunakan produk NASA untuk tanaman kelapa sawitnya. Produk yang dipakai adalah:
  • POWER NUTRITION
  • POP SUPERNASA
  • POC NASA
  • HORMONIK
Per 1 hektar lahan, Pak Susanto menghabiskan 10 POWER NUTRITION, 5 POP SUPERNASA, 10 POC NASA dan 10 HORMONIK diberikan 3 -4 bulan sekali.
Produk NASA ditabur dan disiramkan ( jika ketersediaan air mencukupi ). Secara ekonomis, penambahan keuntungan Pak Susanto sebesar 45,6 Ton X Rp 1.150 ( harga kelapa sawit saat itu –red- /pengepul ) = Rp 52.440.000. Sementara untuk Produk NASA hanya menghabiskan biaya Rp 8.780.000.

TAMBAHAN KEUNTUNGAN Pak Susanto adalah :

Rp 52.440.000 – Rp 8.780.000 = Rp 43.660.000

Data di lapangan pak Susanto melihat, ada beberapa perubahan drastis setelah menggunakan Produk NASA, peningkatan bera per janjang, biasanya 20-23 kg menjadi 31-34 kg, Kualitas daging buah lebih tebal, buah madu tidak pernah berhenti dan muncul terus menerus, lebih mengkilat, rendemen meningkat, bahkan di musim track pun, Pak Susanto tetap dapat panen lumayan. Biasanya hanya 12 -14 kuintal per 4 hektar, ternyata setelah pakai Produk NASA masih bisa panen 2,4 – 2,8 ton. Luar Biasa Selain itu, daun jauh lebih hijau dan segar, pelepah lebih lunak, sehingga pekerjaan memanen jadi lebih cepat, dan yang membuat kagum adalah tanah berangsur-angsur menjadi lebih gembur dan banyak cacing tanahnya, satu hal yang jarang ditemui di kebun kelapa sawit. Produk NASA memang Oke!

Penggunaan Untuk Per Hektar Lahan

  • POWER NUTRITION = 10 Botol
  • POP SUPERNASA = 5 Botol
  • POC NASA = 10 Botol
  • HORMONIK = 10 Botol
​Distributor Produk Nasa
Hubungi Kami Di 
WA / SMS 0812 8002 2004
Pin BB 757A 4E18

# Kabupaten Asahan
# Kabupaten Batubara
# Kabupaten Dairi
# Kabupaten Deli Serdang
# Kabupaten Humbang Hasundutan
# Kabupaten Karo
# Kabupaten Labuhanbatu
# Kabupaten Labuhanbatu Selatan
# Kabupaten Labuhanbatu Utara
# Kabupaten Langkat
# Kabupaten Mandailing Natal
# Kabupaten Nias
# Kabupaten Nias Barat
# Kabupaten Nias Selatan
# Kabupaten Nias Utara
# Kabupaten Padang Lawas
# Kabupaten Padang Lawas Utara
# Kabupaten Pakpak Bharat
# Kabupaten Samosir
# Kabupaten Serdang Bedagai
# Kabupaten Simalungun
# Kabupaten Tapanuli Selatan
# Kabupaten Tapanuli Tengah
# Kabupaten Tapanuli Utara
# Kabupaten Toba Samosir
# Kota Binjai
# Kota Gunungsitoli
# Kota Medan
# Kota Padangsidempuan
# Kota Pematangsiantar
# Kota Sibolga
# Kota Tanjungbalai
# Kota Tebing Tinggi

Selasa, 24 Mei 2016

Pengadaan Pupuk Organik Kelapa Sawit di Kotamadya Banda Aceh

Ichastore.com – Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang berasal dari Afrika Barat. Tanaman ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1848. Saat itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Botanical Garden), dua berasal dari Bourbon (Mauritius) dan dua lainnya dari Hortus Botanicus, Amsterdam (Belanda).
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Raya Bogor hingga sekarang masih hidup dengan ketinggian sekitar 12 m. Tanaman tersebut merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.
Awalnya, tanaman kelapa sawit dibudidayakan sebagai tanaman hias. Adapun pembudidayaan tanaman untuk tujuan komersial baru dimulai tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia, yaitu Adrien Hallet, seorang Belgia. Budi daya yang dilakukan Adrien Hallet diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokasi perkebunan kelapa sawit pertama di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan NAD dengan luas areal mencapai 5.123 ha.
Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Produksinya merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Lahan perkebunannya juga mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada. Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik dan keamanan pada tahun 1957. Namun, produksi kelapa sawit menurun akibat perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif. Masa pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan Tanaman kelapa sawit.
Awalnya dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraanmasyarakat, dan menghasilkan devisa negara. Pemerintah juga terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Tahun 1980, luas lahan perkebunan mencapai 294.560 ha dengan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebesar 721.172 ton. Sejak itu, lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat, terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR–BUN). Periode 1999—2009, pertumbuhan luas areal tanaman kelapa sawit perkebunan besar negara relatif kecil, yaitu rata-rata 1,73% per tahun. Adapun pertumbuhan terbesarnya, yaitu pertumbuhan perkebunan rakyat mencapai rata- rata 12,01% per tahun, sedangkan pertumbuhan perkebunan besar sekitar 5,04% per tahun. Saat ini luas areal perkebunan sawit di Indonesiadidominasi Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan luas sekitar 3.893 ribu ha (49,75%) dari total areal nasional seluas 7.824 ribu ha. Sementara itu, yang diusahakan  perkebunan rakyat (PR) sekitar 3.314 ribu ha (42,35%) dan selebihnya 616 ribu ha (7,9%) adalah milik PBN.
Sebagai Perusahaan Anak Bangsa, PT Natural Nusantara Memperkenalkan Produknya, salah satunya pupuk untuk meningkatkan hasil panen di sektor Kelapa Sawit.
Kesaksian NYATA Bpk. Susanto Di Parenggean, Kab Kotawaringin Timur, Sampit, Kalteng
Pak Susanto mendapatkan panen kelapa sawitnya meningkat hampir 2 KALI LIPAT dari tahun sebelumnya. Panen kali ini mencapai 7,8 ton, untuk 544 tanaman pada umur 6-8 tahun di lahan seluas 4 hektar. Biasanya, Pak Susanto harus pasrah dengen hanya memanen maksimal 4 ton. 3,8 ton lebih banyak dari biasanya! Saya sudah coba pakai dengan bermacam-macam pupuk, tapi hasilnya tetap tidak berubah. Setelah saya pakai Produk dari NASA ternyata hasilnya sangat memuaskan.
Tidak ada yang sebagus produk NASA. ”Demikian Pak Susanto membeberkan rahasianya. Pak Susanto menggunakan produk NASA untuk tanaman kelapa sawitnya. Produk yang dipakai adalah:
  • POWER NUTRITION
  • POP SUPERNASA
  • POC NASA
  • HORMONIK
Per 1 hektar lahan, Pak Susanto menghabiskan 10 POWER NUTRITION, 5 POP SUPERNASA, 10 POC NASA dan 10 HORMONIK diberikan 3 -4 bulan sekali.
Produk NASA ditabur dan disiramkan ( jika ketersediaan air mencukupi ). Secara ekonomis, penambahan keuntungan Pak Susanto sebesar 45,6 Ton X Rp 1.150 ( harga kelapa sawit saat itu –red- /pengepul ) = Rp 52.440.000. Sementara untuk Produk NASA hanya menghabiskan biaya Rp 8.780.000.

TAMBAHAN KEUNTUNGAN Pak Susanto adalah :

Rp 52.440.000 – Rp 8.780.000 = Rp 43.660.000

Data di lapangan pak Susanto melihat, ada beberapa perubahan drastis setelah menggunakan Produk NASA, peningkatan bera per janjang, biasanya 20-23 kg menjadi 31-34 kg, Kualitas daging buah lebih tebal, buah madu tidak pernah berhenti dan muncul terus menerus, lebih mengkilat, rendemen meningkat, bahkan di musim track pun, Pak Susanto tetap dapat panen lumayan. Biasanya hanya 12 -14 kuintal per 4 hektar, ternyata setelah pakai Produk NASA masih bisa panen 2,4 – 2,8 ton. Luar Biasa Selain itu, daun jauh lebih hijau dan segar, pelepah lebih lunak, sehingga pekerjaan memanen jadi lebih cepat, dan yang membuat kagum adalah tanah berangsur-angsur menjadi lebih gembur dan banyak cacing tanahnya, satu hal yang jarang ditemui di kebun kelapa sawit. Produk NASA memang Oke!

Penggunaan Untuk Per Hektar Lahan

Kamis, 12 Mei 2016

CARA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN IKAN

Meningkatkan pertumbuhan ikan berarti meningkatkan pendapatan hasil    budidaya. Pertumbuhan ikan yang relatif singkat akan mempercepat proses  panen, sehingga perputaran uang pun akan cepat.
cara untuk meningkatkan pertumbuhan ikan :
1. Pakan
pemberian pakan yang tepat dan mencukupi akan mempengaruhi proses pertumbuhan. Ikan akan tumbuh optimum apabila diberi pakan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya, pakan yang baik adalah pakan yang mengandung nutrisi yang lengkap, yaitu cukup protein, lemak, karbohidrat, vitamin. Nutrisi yang berperan dalam membantu proses pertumbuhan ikan yaitu protein, karena protein berperan dalam meningkatkan pertumbuhan. jadi ketika akan membeli pakan maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah kandungan protein pada pakan tersebut.
Pemberian pakan harus cukup tidak lebih dan tidak kurang. Bila pakan yang diberikan kurang maka proses pertumbuhan ikan akan menjadi lambat, tetapi apabila pakan yang diberikan kepada ikan berlebih maka hal ini juga tidak baik, karena bila pakan berlebih dan tidak dimakan oleh ikan maka pakan tersebut akan menjadi busuk di dasar kolam, sehingga akan menurunkan kualitas air kolam, sehingga ikan tersebut akan rentan terhadap timbulnya penyakit.pemberian pakan yang cukup yaitu sesuai dengan kebutuhannya pakan yang diberikan per hari berkisar antara 3 – 5% dari berat tubuh total ikan yang dipelihara.
2. Kualitas air
Kualitas air yang baik akan membantu proses pertumbuhan ikan. kualitas air menyangkut pada parameter , suhu, pH, oksigen, kecerahan, amoniak.
sarat kualitas air kolam yang baik untuk pertumbuhan ikan yaitu :
1. suhu 25 – 30 derajat celcius
2. pH 6,5 – 8,5
3. Oksigen > 4 mg/l
4. Kecerahan 25 – 30 cm
5. Ammoniak (NH3) <0,01 mg/l 3. Pengelolaan dan penanganan ikan akan tumbuh dengan baik apabila pengelolaan dan penanganan nya dilakukan dengan baik. pengelolaan yang baik yaitu menyangkut pada cara pemberian pakan, pengontrolan kualitas air, pengontrolan hama penyakit, pengontrolan faktor luar lingkungan hidup.
3. Keturunan 
Pertumbuhan ikan yang baik adalah pada ikan yang mempunyai keturunan yang baik, induk yang jelas, dan benih ikan hasil seleksi. Jadi ketika akan memelihara ikan maka kita harus tahu asal usul dari ikan tersebu
sumber: “perpustakaandinaskelautandanperikanan”

Strategi Pemasaran Produk Perikanan dan Kelautan

1. PENDAHULUAN
Dalam sistem agribisnis perikanan, dimana meliputi kegiatan mulai pengadaan sarana produksi, produksi, pengolahan pasca panen (agroindustri), pemasaran dan kelembagaan adalah merupakan rangkaian kegiatan yang saling terkait satu sama lain. Semua kegiatan dalam agribisnis perikanan tersebut, ada proses menghasilkan produk. Produsen yang bergerak di bidang sarana produksi akan menghasilkan produk-produk pemenuhan kebutuhan untuk kegiatan produksi. Produsen yang bergerak pada kegiatan produksi akan menghasilkan produk atau ikan untuk memenuhi kebutuhan pada kegiatan agroindustri. Khususnya kegiatan pemasaran (marketing), disaat produk sudah dihasilkan baik dalam kegiatan sarana produksi, produksi dan agroindustri, maka kegiatan pemasaran sangatlah penting. Tanpa kegiatan pemasaran maka semua produk yang dihasilkan tersebut adalah merupakan seonggok barang yang tidak bermanfaat.
Dengan demikian, kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam semua kegiatan yang menghasilkan barang ataupun jasa. Hasil perikanan dapat dikelompokkan ke dalam bahan mentah dan barang konsumsi. Sebagai bahan mentah dapat dibeli oleh pabrik atau usaha pengolahan untk diolah menjadi barang jadi misalnya ikan kaleng, aneka olahan ikan, tepung ikan, dsb. Sebagai barang konsumsi akan dibeli oleh konsumen akhir (household consumer, restaurant, hospital, dll). Produk perikanan dan kelautan termasuk “perishable good” atau produk mudah rusak, maka akan sangat memerlukan startegi pemasaran yang berbeda dengan produk barang maupun jasa pada umumnya. Apalagi “image” masyarakat terhadap produk-produk perikanan juga berbeda atau beragam dengan produk pada umumnya. Berdasarkan pendapat atau pengamatan dari praktisi pemasaran produk perikanan dan kelautan, bahwa persepsi masyarakat terhadap produk perikanan dan kelautan antara lain jika makan ikan alergi, ikan baunya amis, ikan banyak duri, ikan mahal, ikan rumit memasaknya, ikan hanya bisa atau paling enak digoreng. Karena image masyarakat terhadap produk perikanan masih demikian kompleknya, maka diperlukan strategi pemasaran yang dapat merubah image tersebut, sehingga kendala pemasaran produk perikanan dan kelautan dapat diatasi.
2. PENGERTIAN PEMASARAN VS PENJUALAN
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli adalah sangat beragam, namun yang jelas dari definisi yang saya pahami bahwa pemasaran sangat berbeda dengan penjualan. Kebanyakan orang menyamakan pemasaran dengan penjualan. Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain (Kotler dan Amstrong, 2000; Simamora,2001 : 1). Sedangkan menurut. Jadi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun organisasi. Ma’ruf (2006 : 3-5), bahwa pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya kepada masyarakat. Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhan konsumen.
Kalau kita amati uraian pengertian pemasaran tersebut, kegiatan pemasaran diawali dari kebutuhan atau keinginan konsumen. Berdasarkan kebutuhan atau keinginan konsumen, barulah dibuat produk. Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk, dan dengan gencar berusaha bagaimana produk tersebut laku dijual. Dalam kegiatan pemasaran dituntut kreatifitas lebih dominant daripada promosi. Sedangkan pada kegiatan penjualan, promosi lebih dominant bahkan sampai menipu konsumen, yang penting produk terjual habis. Kalau kita menerapkan kegiatan pemasaran maka kepuasan konsumen akan menjadi harapan atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, tidak memperhatikan kepuasan konsumen yang penting barang terjual habis.
Jika kita menerapkan kegiatan pemasaran, maka kontinuitas kegiatan akan terjamin. Tanpa pemasar (marketer) berusaha mencari pembeli untuk membeli barangnya, pembeli akan datang atau mencari marketer atau produsen. Yang saya tekankan disini bahwa jika pemasaran berawal dari kebutuhan dan keinginan konsumen, maka kebutuhan atau keinginan tersebut menyangkut kebutuhan akan keamanan pangan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Dengan demikian menurut pendapat saya kebutuhan masyarakat tersebut tidak hanya dari aspek ekonomi yaitu bagaimana memilih kebutuhan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi konsumen, namun lebih dari itu adalah adanya keseimbangan antara ekonomi, sosial dan ekologi.
Merujuk pada norma atau kaidah-kaidah pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab yang dinyatakan bahwa pengelolaan perikanan adalah proses yang terintegrasi mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumberdaya, formulasi dan implementasi, disertai dengan pengamanan seperlunya terhadap peraturan yang berlaku demi menjaga kelangsungan produksi dan pencapaian tujuan pengelolaan lainnya (FAO dalam Martosubroto, 2002). Pengelolaan perikanan tersebut secara internasional harus mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung jawab (The Code of Conduct Responsible Fisheries/CCRF)
Beberapa aspek pengelolaan yang perlu diperhatikan dilihat dari beberapa aspek adalah biologi dan lingkungan (keterbatasan sumberdaya, factor lingkungan dan pertimbangan keragaman hayati dan aspek ekologi lainnya), teknologi (alat penangkapan dan alat Bantu penangkapan, kapal, pasca panen), sosio-ekonomi, aspek kelembagaan, hukum, jangka waktu dan pendekatan kehati-hatian. Komponen pokok dalam pengelolaan : data dan informasi (data yang benar dan tepat waktu), kerangka kelembagaan dan hukum meliputi otoritas pengelolaan (termasuk MCS=Monitoring, Controlling and Surveillance), hukum yang mendukungnya dan pihak yang berkepentingan (stakeholders). Dengan demikian manajemen pemasaran produk perikanan yang bertanggung jawab, aspek yang perlu diperhatikan juga sama yaitu sosial, ekonomi dan ekologi.
3. STRATEGI PEMASARAN PRODUK PERIKANAN
Strategi pemasaran atau bauran pemasaran (marketing mix) adalah alat perusahaan untuk memperoleh respon yang diinginkan. Strategi pemasaran adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan proses pemasaran. Prinsip pemasaran adalah pencapaian tujuan suatu organisasi tergantung pada seberapa mampu perusahaan/marketer memahami kebtuhan dan keinginan pelanggannya dan memenuhi dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing.
Berangkat dari prinsip tersebut, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada pelanggan untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka. Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan menempati titik sentral. Perusahaan atau marketer harus paham betul kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Perlu diingat kembali bahwa pelanggan adalah orang-orang yang berkuasa untuk memutuskan untuk membeli atau tidak membeli suatu produk. Jadi, pelanggan adalah bagian dari pasar, karena yang disebut pasar adalah pembeli itu sendiri baik pembeli aktual maupun potensial. Pasar sangatlah beragam berarti keinginan pembeli juga beragam. Fakta ini membuat perusahaan atau marketer tidak mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pasar.
Dengan demikian, apa yang harus dilakukan perusahaan atau marketer kalau ternyata selera pasar sangat beragam? Pertama, perusahaan harus mengelompokkan pasar terlebih dahulu. Dengan kata lain perusahaan harus menentukan pelanggan sasaran (target customers). Untuk produk perikanan dan kelautan, target customers ini misalnya untuk anak-anak, orang dewasa, balita, masyarakat kelas sosial bawah, menengah, atas, dsb. Anak-anak saat ini suka jajan ”tempura ikan”, maka perusahaan membuatlah tempura ikan yang bergizi dan aman di konsumsi anak-anak. Artinya tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya di konsumsi anak-anak dan manusia pada umumnya. Kedua, perusahaan harus memancing agar pasar sasaran memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan. Jadi, bagaimana caranya supaya pelanggan merasa bahwa produk yang kita buat atau pasarkan adalah yang cocok bagi mereka. Apa saja respon yang diinginkan perusahaan? Respons tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, menjadikan produk sebagai pilihan, membeli produk dan menjadi pelanggan yang loyal terhadap produk.
Untuk memperoleh respon tersebut perusahaan harus menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, menetapkan harga yang sesuai (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar sasaran, menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran dan melalukan promosi yang format dan metodenya mengena dengan pasar sasaran. Alat yang bisa dikontrol oleh perusahaan dan diarahkan untuk memperoleh respons yang diinginkan dari pasar sasaran yang meliputi produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion) yang disebut 4 P yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix).
4. BAURAN PEMASARAN (MARKETING MIX) PRODUK PERIKANAN DAN KELAUTAN (AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI)
Ilustrasi, penerapan marketing mix pada produk ikan lele segar. Misalnya target customer adalah konsumen di warung-warung lele goreng penyet. Berdasarkan pengamatan di lapang bahwa ikan lele dipersepsikan masyarakat tergolong ikan kelas rendah artinya tidak punya prestise di kalangan masyarakat kelas atas, sehingga konsumen ikan lele adalah masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat yang mengkonsumsi ikan lele goring, suka pada ukuran sedang sampe kecil (size 8-10). Hal ini dikarenakan jika lele untuk dikonsumsi sebagai lele goreng, maka ukuran lele yang sedang sampe kecil lebih gurih. Berarti jika kita mau memenuhi kebutuhan konsumen ikan lele goreng, maka strategi produk ikan lele yang akan dijual tersebut sesuai dengan selera masyarakat yaitu ukuran atau size 8-10 (satu kg berisi 8-10 ekor lele).
Lain lagi, dengan jika kita menentukan target customer kita adalah kelas atas. Karena lele dianggap tidak prestise oleh kalangan atas, maka strategi produk kita adalah bagaimana membuat lele tersebut menjadi olahan yang cocok atau sesuai yang dibutuhkan kelas atas. Misalnya, dengan daya kreasi bahwa ikan lele tidak hanya bisa digoreng, tetapi dapat dibuat produk olahan sosis lele, steak lele, nugget lele, lele asam manis, tempura lele, dll. Jika target kita untuk memproduksi olahan lele menjadi sosis, steak, atau nugget, maka yang dibutuhkan adalah ikan lele ukuran besar yaitu size 2, karena yang dibutuhkan dagingnya dan untuk steak lele perlu fillet ikan lele dan hanya bisa dilakukan fillet pada ukuran lele yang besar.
Untuk strategi harga, seperti telah diuraikan sebelumnya, bagaimana menentukan harga lele goreng penyet, sosis lele, nuget lele, steak lele, lele asam manis tersebut sesuai artinya tidak terlalu mahal dan murah. Tentunya harga tersebut juga erat kaitannya dengan strategi tempat (place). Lele goreng penyet dapat dijumpai di warung-warung, yang mana bahan baku umumnya diperoleh di pasar tradisional, pasar ikan atau tukang sayur. Sedangkan untuk steak lele dan lele asam manis yang terget customernya kelas menengah ke atas tentunya tempat menyesuaikan misalnya di restoran yang lebih tinggi tingkatannya daripada warung. Sosis lele dan nuget lele dapat menerobos mini market, supermarket, atau dijual ke kantor-kantor yang merupakan target customer menengah ke atas dan orang sibuk yang tidak sempat memasak sendiri.
Strategi promosi diperlukan untuk kelas menengah ke atas, sedangkan kelas bawah tidak perlu promosi. Hal ini disebabkan bahwa promosi perlu dilakukan untuk merubah image kelas menengah ke atas terhadap lele, dengan tujuan semua kalangan menyukasi dan mempersepsi baik terhadap produk lele. Promosi diarahkan pada diversifikasi produk olahan lele (sosis lele, nuget lele, lele asam manis, steak lele, dll) yang cukup bergengsi dipandang oleh masyarakat kelas menengah ke atas.
Sebaliknya untuk produk udang segar (agribisnis), juga produk olahan berbasis udang (agroindustri) bahwa persepsi masyarakat terhadap produk tersebut sangat mahal. Dengan demikian produk udang segar dan olahannya termasuk golongan prestise atau bergengsi yang mengkonsumsi kelas menengah ke atas saja. Sekarang bagaimana strategi produk udang segar dan olahannya yang dapat dikonsumsi oleh kelas bawah juga. Dengan demikian pasar domestik banyak menyerap produk udang segar dan olahannya. Selama ini udang segar sebagian besar di eksport. Kendala untuk mengeksport sangat banyak, mulai kualitas produk, kemasan, harga, pengiriman, dll. Dengan permintaan udang pasar domestik tinggi maka kendala eksport udang akan teratasi. Produksi udang budidaya akan habis terjual di pasar domestik.
Berkaitan dengan marketing mix, point apa saja yang harus menjadi perhatian pada produk perikanan dan kelautan? Sebagai contoh, misalnya perusahaan atau marketer mengamati dari fenomena yang terjadi dalam masyarakat bahwa mulai anak-anak suka jajan tempura ikan di sekolah-sekolah, ibu-ibu karier sehingga menginginkan praktis dalam kegiatan domestik dengan membeli lauk yang sudah dimasak, bapak-bapak karier tidak mau makan lele karena image lele jenis ikan rendah, dll. Nah bagaimana seorang marketer atau perusahaan menyikapi hal ini dikaitkan dengan marketing mix
4.1 Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu rumah angga maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli maupun dimiliki.
• Bagaimana variasi produk berbasis lele, apakah hanya satu jenis saja misal tempura, atau diupayakan beberapa jenis olahan yang dapat diterima semua baik anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
• Bagaimana kualitas produk olahan lele, apakah tinggi, sedang atau rendah. Sebaiknya kualitas olahan lele kualitas, selain penampilan fisik produk juga diperhatikan dari sisi keamanan pangan. Bahan-bahan untuk mengolah termasuk produk yang aman untuk dikonsumsi
• Bagaimana desain produk
• Apa mereknya
• Fitur apa yang perlu ditampilkan pada produk
• Kemasan bagaimana
• Ukurannya bagaimana
• Apakah perusahaan menerima produk yang rusak, dll
4.2 Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk. Untuk menetapkan sembarang harga adalah mudah. Menentukan harga yang tepat adalah sulit. Harga yang tepat yaitu tidak terlalu mahal di mata konsumen, masih memeberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi kelemahan perusahaan di mata pesaing. Sehubungan dengan harga, banyak hal yang harus dipikirkan oleh perusahaan yaitu :
• Berapa tingkat harga yang ditetapkan
• Seberapa bebas perantara dalam menetapkan harga, karena umumnya perantaralah (bukan produsen) yang berhubungan dengan konsumen akhir. Berapa harga minimum dan maksimum yang bisa diterapkan oleh perantara (allowances)
• Berapa lama jangka waktu pembayaran
• Bagaimana persyaratan-persyaratan untuk pembelian secara kredit
4.3 Tempat (Place)
Tempat adalah lokasi dimana konsumen biasanya membeli produk tersebut. Misalnya tempat menjual lele penyet di warung, tempura lele di sekolah-sekolah, sosis, nuget lele di mini market, super market, steak lele dan lele asam manis di restoran, dst. Tempat yang dimaksud dalam bauran pemasaran adalah menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat, kualitas yang tepat dan jumlah yang tepat. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
• Saluran pemasaran
• Cakupan pasar
• Keanekaragaman produk (assortment)
• Lokasi
• Manajemen persediaan
• Transportasi dan logistik
4.4 Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan-kegiatan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya. Respons yang diharapkan dari pasar sasaran juga dipengaruhi oleh kegiatan promosi. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
• Apa sasaran yang ingin dicapai melalui promosi
• Berapa anggaran yang diperlukan
• Apa pesan yang ingin disampaikan
• Apa metode promosi yang digunakan, apakah iklan, personal selling, hubungan masyarakat, promosi penjualan ataukah pemasaran langsung.

5. PEMILIHAN PASAR SASARAN (TARGET MARKET)

Target market adalah bagian pasar yang dijadikan sebagai tujuan pemasaran. Perusahaan dapat mencapai tujuannya hanya kalau memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dan mampu memenuhinya dengan cara yang lebih efisien dan efektif dibanding pesaing. Konsekuensinya adalah perusahaan harus memahami betul siapa pasar sasarannya, sekaligus bagaimana perilaku mereka.
Untuk menemukan target market, ada empat kegiatan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yaitu (1) mengukur dan memperkirakan permintaan; (2) mensegmentasi pasar (market segementation); memilih pasar sasaran (market tergeting); dan menentukan posisi pasar (market positioning)
5.1 Mengukur dan Memperkirakan Permintaan Produk Perikanan dan Kelautan
Ada dua cara untuk memperkirakan permintaan produk perikanan dan kelautan yaitu dengan (1) pendekatan fundamental yaitu mengukur dan memperkirakan permintaan dengan cara menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, seperti pertumbuhan pasar, pendapatan, kondisi ekonomi, gaya hidup dan lain-lain; (2) pendekatan teknis melakukan pengukuran dengan melihat kecenderungan permintaan pada masa lalu, yang dianalisis secara statistik untuk mengukur besarnya permintaan saat ini dan masa yang akan datang
5.2 Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah proses untuk menggolong-golongkan pasar ke dalam segmen-segmen. Segmen adalah sekumpulan konsumen yang memberikan respons yang sama terhadap stimuli pemasaran tertentu. Segmentasi pasar dapat didasarkan pada
1. geografis : tempat tinggal, kota, wilayah, dst
2. demografis : jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendapatan, dst
3. psikografis : gaya hidup, kepribadian, kelas sosial
4. perilaku : tingkat penggunaan, manfaat yang dicari, saat menggunakan, dst
5.3 Pemilihan Pasar Sasaran
Setelah mensegmentasi pasar, perusahaan harus memilih segmen mana yang menjadi pasar sasaran. Sasaran ini bisa satu segmen, beberapa segmen, malah seluruh segmen.
5.4 Penentuan posisi pasar
Setelah menetapkan kalangan mana yang menjadi sasaran, perusahaan perlu memperkuat kehadiran perusahaan pada kalangan tersebut. Untuk itu perusahaan perlu membentuk posisi produk. Posisi produk adalah suatu tempat yang diduduki produk secara relatif terhadap pesaing. Perlu saya sampaikan disini, bahwa tempat disini bukanlah ruang (space) secara fisik, melainkan tempat berupa image di dalam ruang benak konsumen. Seperti saya uraikan sebelumnya bahwa kendala pemasaran produk perikanan dan kelautan adalah sangat erat berkaitan dengan image produk misalnya lele jenis ikan rendah, udang mahal, udang prestise, ikan membuat alergi, ikan baunya amis, ikan mengolahnya merepotkan, ikan hanya bisa digoreng, dan lain-lain.
Untuk mendapat image yang baik sesuai dengan target market dan segmentasi pasar, maka rubahlah image lele jenis ikan yang ekonomis penting, bisa dibuat aneka produk berkelas, harga terjangkau, tempat-tempat yang biasa didatangi masyarakat kelas atas pun juga menyediakan diversifikasi olahan lele, sehingga image lele baik pada semua segmen pasar. Sebaliknya untuk udang, bagaimana merubah image udang tidak mahal dan udang dapat dikonsumsi oleh berbagai kalangan, sehingga produk udang terserap untuk memenuhi pasar domestik. Bagaimana merubah image bahwa tidak semua ikan membuat alergi, ikan tidak amis, ikan tidak merepotkan dalam memasak, ikan tidak hanya digoreng melainkan banyak alternatif jenis olahan ikan. Semua itu perlu daya kreatifitas produsen dan marketer untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.
6. PERILAKU KONSUMEN
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Bitta dan Loudan dalam Simamora (2003 : 80), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang dan jasa. Kotler dan Amstrong (1997), mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku pembelian akhir, baik individu maupun rumah tangga, yang memebeli produk untuk konsumsi personal. Riniwati (2005), mengatakan bahwa perilaku knsumen adalah bagaimana konsumen membuat keputusan tentang pemilihan diantara berbagai macam barang yang akan dibeli dan berapa jumlahnya. Demikian juga Hunt (1983), mengatakan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dalam pembelian barang.
6.1 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen anta lain :
1. Psikologi (motivasi, persepsi, learning, kepercayaan, sikap)
2. Personal (usia, tahap daur hidup, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian, konsep diri)
3. Sosial (kelompok rujukan seperti teman kampus, persekutuan doa, pengajian, perkumpulan olah raga, dll)
4. Kebudayaan (kultur, sub kultur, kelas sosial)
6.2 Proses Keputusan Membeli
6.3 Model Perilaku Konsumen (Simamora, 2003 : 99)
7. ORGANISASI DAN KELEMBAGAAN PEMASARAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI
Menurut Downey dan Erickson (1989), empat bentuk dasar usaha yaitu perusahaan perorangan (single proprietorship), persekutuan, perseroan (badan hukum) dan koperasi. Pada kelembagaan pemasaran, menurut Hanafiah dan Saefuddin (1983) digolonglan menjadi 3 yaitu produsen, pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa. Pedagang perantara meliputi lembaga pengumpul hasil perikanan; pedagang besar, pedagang eceran.
7.1 Lembaga Pengumpul Hasil Perikanan
Di daerah produksi perikanan di Indonesia dijumpai beberapa lembaga yang mengumpul (membeli) hasil perikanan dari nelayan dan pembudidaya ikan. Lembaga pengumpul hasil perikanan atau pengepul, dapat berupa usaha perorangan, persekutuan, perseroan dan koperasi.
7.2 Pedagang Besar (wholesaler/grosir)
Pedagang besar (grosir), memperdagangkan barang dalam jumlah lebih besar. Pedagang ini aktif di pasar-pasar pusat dan memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal. Pedagang besar ini juga sering mendatangi pasar pelelangan di daerah produksi untuk membeli barang dan seringkali juga membeli barang secara langsung dari produsen. Kemudian barang dagangan itu dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang eceran. Selain tugas utamanya melayani permintaan pedagang eceran, wholesaler menjual pula barangnya ke hotel, restauran, pabrik pengolahan atau lembaga lain.
7.3 Pedagang Eceran
Lembaga pengecer adalah perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada para konsumen akhir (household-consumer). Biasanya lembaga ini menerima barang dari wholesaler dan terkadang dari para pengumpul lokal (tengkulak) atau produsen.
7.4 Lembaga Pemberi Jasa
Lembaga pemberi jasa atau disebut agent middlemen adalah badan yang membantu memberi jasa atau fasilitas untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan pemasaran. Mereka yang melaksanakan fungsi pemasaran tertentu dengan menerima komisi sebagai balas jasa. Contoh : broker atau makelar atau calo, agen penjualan (selling agents), komisioner, juru lelang, dll
8. TANTANGAN PEMASARAN PRODUK PERIKANAN DAN KELAUTAN
1. Image terhadap produk perikanan (ikan jenis rendah, mahal, alergi, amis, rumit memasaknya, pengetahuan diversifikasi olahan, dll)
2. Produk perikanan dan kelautan termasuk mudah rusak, sehingga perlu biaya mahal dan perlu penanganan yang tepat.
3. Resesi ekonomi
4. Perubahan perilaku konsumen
5. Perdagangan bebas
6. Berwawasan lingkungan

9. KASUS-KASUS PEMASARAN

• Udang Indonesia dibakar di pasar Uni Eropa, kasus kandungan antibiotik
• Kasus kandungan formalin pada produk perikanan dan kelautan yang sempat menghebohkan dunia perikanan
DAFTAR PUSTAKA
Downey dan Erickson, 1989. Manajemen Agribisnis. Penerbit Erlangga Surabaya
Hanafiah dan Saefuddin, 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Kotler and Amstrong. 2000. Principle of Marketing. Ninth Edition. Prentice-Hall,Inc., Homewood, New Jersey. USA
Ma’ruf, 2006. Pemasaran Ritel. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Riniwati, 2005. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang
Simamora, 2003. Memenangkan pasar Dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sumber :
Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MS
http://birulaut.com/strategi-pemasaran-produk-perikanan-dan-kelautan

Menghemat Pakan Dalam Budidaya Ikan

Pakan ikan buatan pabrik memang praktis dan cukup baik untuk pertumbuhan ikan, namun harga pelet ikan yang cukup tinggi cukup memberatkan para petani ikan. Harga Pelet ikan saat ini berkisar pada harga 7 ribu rupiah per kilogram, sedangkan harga ikan Nila, Lele dan Bawal dari petani biasanya dibeli seharga 9500 rupiah, di beberapa daerah mungkin bisa sampai 12000 rupiah per kilogram .Kondisi ini jelas tidak menguntungkan bagi petani ikan, belum lagi permasalahan penyakit ikan, sewa lahan dan lain-lain.

Berbagai teknologi untuk memacu pertumbuhan ikan memang telah dilakukan misalnya penambahan probiotikpemotongan sirip ekor pada ikan nila. Namun harga pakan yang terlalu tinggi jelas menjadi kendala tersendiri. Ada banyak cara dilakukan untuk menekan  pengeluaran pakan ikan diantaranya membuat pelet sendiri,cara lain dengan  adalah memanfaatkan makanan sisa dan roti kadaluarsa. Makanan sisa merupakan sisa limbah rumah makan,rumah tangga yang tidak habis dimakan manusia.atau
Pemanfaatan limbah tersebut sangat menguntungkan bagi pembudidaya. Sekarung sisa makanan cukup untuk memberi makan satu kolam berisi lima kuintal bibit bawal ukuran 10 ekor per kg dan nila ukuran 40 ekor per kg selama dua tiga hari, tergantung kondisi fisik pakan. Memang, Cahyanta memang selalu menerapkan teknik polikultur, menebar bawal dengan nila sebagai sampingan.
Di sebagian wilayah  yang banyak terdapat kolam air mengalir, pemberian pakan berupa lorotan dan roti kadaluarsa untuk ikan semacam bawal dan nila mulai marak pada beberapa tahun terakhir. Lorotan adalah sisa makanan restoran atau warung makan. Harga nasi lorotan saat ini Rp500 per kg. Para pembudidaya tersebut memperoleh lorotan sekaligus roti bekas dari pengepul. Campuran lorotan dan roti kadaluarsa dijual Rp50.000 per karung isi 50 kg.
Fase pembesaran bawal dan nila membutuhkan waktu 2,5—3 bulan. Jika pembesaran sampai tiga bulan, hitung punya hitung, biaya pakan dengan lorotan hanya Rp2,25 juta, sedangkan yang menggunakan pellet mencapai Rp9 juta.
Hanya saja syarat mutlak penggunaan campuran lorotan ini adalah kolam dengan air mengalir. Jika air tidak mengalir ikan bisa mati semua. Ini disebabkan karena adanya lapisan minyak yang timbul dari lorotan. Bila air kolam mengalir, lapisan minyak ini akan hilang dari permukaan air. Apabila air menggenang, minyak bisa saja menyangkut di insang sehingga ikan mati.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari, pukul 09.00—10.00 dan 14.00—15.00. Pemberian pakan saat cuaca relatif panas ini bertujuan agar si ikan aktif bergerak karena suhu airnya telah hangat. Keaktifan gerak ini menyebabkan nafsu makan akan meningkat. Karena itu kolam sebaiknya tidak terhalang dari sinar matahari. 
 
Sumber : “http:perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com”http://ichastore.com/

Mengenal Ikan Hias Variatus Platy

Pertanianku – Variatus platy (Xiphophorus variatus) merupakan spesies ikan hias air tawar. Ikan ini populer dalam perdagangan akuarium karena peternakan produktif, seperti hibrida dengan anggota lain dari genusnya, terutama platy fish selatan.
Mengenal Ikan Hias Variatus platy
Mengenal Ikan Hias Variatus platyVariatus platy tumbuh dengan panjang keseluruhan maksimal 7 cm. Di alam liar, ikan ini memiliki warna zaitun dalam warna dengan marmer hitam atau bintik-bintik pada sisi batang ekor. Ikan jantan besar menunjukkan bercak kehitaman pada sirip punggung.
Ikan ini adalah endemik lereng Atlantik Meksiko dari Tamaulipas selatan ke Veracruz utara. Spesies ini juga telah diperkenalkan dan di sejumlah daerah lokal di Amerika Serikat. Ikan ini telah menyebar ke sejumlah negara lain di luar jangkauan, termasuk Kolombia, Singapura, dan Hong Kong. Habitat ikan termasuk perairan yang bergerak lambat dari saluran bervegetasi, selokan, dan air hangat. Ikan ini adalah jenis ikan omnivora, biasa memakan tanaman dan krustasea kecil, serangga, dan cacing annelida.

3 Obat Jerawat Tradisional yang Paling Ampuh




Obat Jerawat Tradisional

Meskipun sudah banyak produk pengobatan jerawat yang dijual secara bebas, lebih banyak orang nyaman dan lebih percaya menggunakan bahan alami atau bahan tradisional karena dirasa lebih aman dan bebas dari bahan kimia yang mungkin memberikan efek buruk bagi kulit.

Dan diantara banyaknya bahan tradisional yang dipercaya turun temurun sebagai bahan alami yang efektif mengatasi jerawat, berikut 3 bahan alami untuk mengobati jerawat secara tradisional

Mengobati jerawat dengan masker putih telur
Putih telur adalah bahan alami yang efektif untuk mengurangi kelebihan minyak di kulit wajah, mengangkat kotoran dari pori pori serta membasmi bakteri penyebab jerawat.

Untuk mengobati jerawat dengan menggunakan masker putih telur, anda hanya perlu memisahkan bagian putih dan kuning telur dari sebutir telur, kemudian anda kocok bagian putih telurnya saja hingga terlihat berbuih.

Gunakan putih telur tersebut sebagai masker wajah dan diamkan selama minimal 15 menit hingga mengering, kemudian bilas dengan air hangat sampai bersih. Lakukan cara tersebut secara teratur untuk mengatasi jerawat dengan cepat.

Selain hanya menggunakan putih telur, anda dapat mencampurkan dua sendok teh madu dan setengah cangkir jus strawberry ke dalam putih telur kemudian aduk hingga merata untuk anda jadikan masker wajah.

Ramuan tersebut menambah efektifitas masker putih telur untuk mengobati jerawat.

Mengobati jerawat dengan kunyit
Selain putih telur, kunyit juga merupakan bahan tradisional yang dikenal ampuh untuk mengobati jerawat dan menghilangkan bekas jerawat.

Anda dapat membuat masker kunyit dengan cara mencampurkan air perasan jeruk lemon dengan sedikit air ke dalam serbuk kunyit hingga mengental dan berbentuk pasta.

Pasta kunyit tersebut anda oleskan pada jerawat dan bagian wajah yang berjerawat dan diamkan selama 10 sampai 15 menit sebelum anda bersihkan. Jika dilakukan secara teratur, ramuan kunyit akan menghilangkan jerawat yang susah hilang sekalipun, dan menghilangkan bekas jerawat dengan ampuh dan cepat.

Mengobati jerawat dengan cuka sari apel
Untuk membuat cuka apel sendiri, anda membutuhkan minimal satu minggu untuk melakukan fermentasi apel, dengan hasil pengobatan yang tentunya tidak akan mengecewakan. Namun lebih disarankan untuk menggunakan cuka apel yang bisa anda beli dalam bentuk jadi atau sudah berbentuk cuka apel.

Cuka apel tersebut cukup anda oleskan secukupnya pada jerawat di wajah sebanyak 3 kali sehari, dan khasiatnya tidak perlu anda ragukan lagi. Jerawat di wajah anda akan teratasi dan terobati dengan cepat.

Selamat mencoba 3 obat jerawat tradisional paling ampuh di atas.

Rabu, 11 Mei 2016

Sungai Nipah, Budidaya Mutiara

Sungai Nipah, Budidaya Mutiara


Setelah membudidayakan kerang mutiara di Kepulauan Mentawai, kini Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar, menjadikan kawasan teluk Sungai Nipah, Pesisir Selatan sebagai areal budidaya kerang mutiara yang baru untuk Sumbar. Malah proses pembudidayaan barang perhiasan bernilai tinggi itu sudah dimulai sejak beberapa bulan belakangan. Hingga kini prosesnya masih berlangsung.
Pola yang digunakan masih sama dengan Mentawai. Melalui keramba-keramba hingga menghasilkan mutiara berkualitas bagus.
Petugas DKP melakukan uji coba budidaya mutiara tersebut. Diharapkan tahun ini bisa dikembangkan masyarakat dan bisa dikomersilkan. Bibit mutiara yang berasal dari kerang tersebut dibawa dari Mentawai dan juga Mataram. Khusus untuk lokasi Sungai Nipah, jika uji coba itu berhasil baru dikembangkan  ke masyarakat sehingga memberikan nilai tambah untuk masyarakat setempat.
Ditambahkan, sebelum bibit mutiara dimasukkan ke keramba, lebih dulu di uji coba di Balai Informasi Pertanian (BIP) Pesisir Selatan. Dengan harapan kerang-kerang tersebut bisa menghasilkan mutiara-mutiara yang tidak kalah saing dengan mutiara yang ada di Provinsi lain. Pengembangan mutiara melalui keramba  itu dilakukan dengan perawatan khusus, seperti air keramba mesti harus bersih dan tidak berwarna, jauh dari persawahan dan lain sebagainya.
Sejauh ini budidaya mutiara di Indonesia telah menyebar diperairan Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Lampung. Perairan yang tidak dapat digunakan untuk budidaya mutiara hanya perairan di Pulau Jawa.

Lele Asap Diekspor ke Eropa

Lele Asap Diekspor ke Eropa


Pengolahan ikan dilakukan seorang anak muda bernama Irwandi. Berbeda dengan petani ikan lainnya, manajemen yang dibuatnya, lele diolah dengan gaya sendiri. Pengolahan lele asap nilainya 5 kali lipat lebih mahal. Jika satu kilogram lele asap, dihargai Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu. Jika dijual segar, lele hanya Rp 16 ribu perkilo, sebut irwandi.
Lokasi kolam itu sendiri tidak jauh dari Pantai Pasie Kandang. Kira-kira 100 meter. Di sini banyak ikan tangkapan nelayan secara tradisional yang diperjualbelikan. Namun Irwandi memilih usaha ikan air tawar. Menurutnya dengan usaha itu akan lebih menguntungkan dan jelas.
Untuk membuat lele asap tidaklah sulit. Lele umur tiga bulan adalah paling pas. Setelah lele segar ini dibelah dan dibersihkan, lantas dipanaskan di perapian selama lebih kurang satu jam.
Tanpa bumbu, agar menghasilkan lele yang tawar. Pemanasan ini menggunakan api dari kayu bakar, dengan besaran api sedang. Selama dipanaskan, jangan lupa untuk sesekali  membalikkan lele, agar keringnya merata.
Proses selanjutnya, lele dimasukkan ke oven untuk pengasapan dan pengeringan selama lebih kurang 4 hingga 5 jam. Proses ini untuk menghasilkan lele asap yang kering dan gurih.
Meski cara ini terbilang baaru, tapi peminatnya tidak hanya di Padang dan Sumbar saja. Tak sedikit permintaan dari luar negeri. Belakangan saja Irwandi kesulitan untuk memenuhi permintaan tersebut. Saat ini lele asap Irwandi sudah menembus pasar internasional, Eropa, Timur  Tengah hingga Afrika.
“Karena banyak permintaan kita juga menerima lele dari masyarakat sini, bahkan klam di sini tidak hanya punya saya sendiri ada juga punya orang lain dengan system kerjasama,”ujar Irwandi.
Untuk itu, dirinya juga tidak pelit dengan ilmu pengelolaan itu. Dirinya siap saja menerima sejumlah petani ikan untuk belajar. Tak jarang tempatnya dijadikan pelatihan sejumlah lembaga. Seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Padang. Selain itu pria yang menjadi pegurus Perhimpunan Petani Nelayan Seluruh Indonesia (PPNSI) ini juga siap bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan petani ikan.

Antisipasi Punahnya Populasi Bilih

Antisipasi Punahnya Populasi Bilih, DKP Sumbar Ajak Nelayan Bikin Keramba Jaring Apung

Mengantisipasi punahnya populasi bilih di Danau Singkarak, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sumbar mengajak para nelayan di salingka danau beralih menjadi pembudidaya ikan keramba. Apalagi sejak satu tahun terkhir, hama gamis yang menghancurkan ikan-ikan di keramba sudah dapat diatasi.
Bila Bilih terus menerus diambil dikhawatirkan populasinya terus menurun dan akhirnya punah. Padahal, Bilih merupakan salah satu ikan khas Sumbar yang sudah sangat terkenal sampai belahan dunia. “Jangan sampai ikan ini bernasib sama seperti ikan Semah di Jambi dan ikan Terumbuk di Riau yang kini populasinya sudah punah, “ujar Kepala DKP Sumbar, Yosmeri.
Untuk tahap awal, para nelayan penjala dan penjaring ikan dapat menghentikan  satu atau dua hari aktifitasnya menjala atau menjaring bilih dengan keramba. “Kalau langsung berhenti mungkin mereka tidak mau. Makanya, kami sarankan untuk satu atau dua hari dapat berhenti menjala atau menjaring dan beralih memelihara ikan keramba,” ajak Yosmeri.
DKP Sumbar telah melakukan berbagai upaya selain kini menggalakkan usaha keramba. Salah satunya dengan meminta masyarakat menggunakan jarring yang lebih besar, sehingga bilih-bilih dalam ukuran kecil tidak ikut terjaring. Saat ini, berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat dan beberapa penjala ikan bilih di Sampur, Kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar, disana terdapat sedikitnya 200 orang penjala ikan, dan belum termasuk di bagian danau lainnya. Mereka bekerja selama 24 jam dengan pembagian tiga shift, pagi, sore dan malam.
Selain  untuk menjaga populasi ikan bilih, usaha KJA diharapkan juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat sekaligus membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan konsumsi ikan di daerah ini serta peningkatan target produk ikan budidaya.
KJA yang dibuat di dua nagari, Muaro Pingai dan Singkarak merupakan bantuan dari dana APBN dan APBD pada Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar. KJA tersebut berjumlah 13 unit dengan masing-masing unit terdiri atas empat lobang dapat menampung 1.500 ekor ikan yang dapat dipanen setiap tiga bulan sekali dengan jumlah pakan mencapai 1.150 kg/3 bulan tersebut.http://ichastore.com/

BUDIDAYA KERAPU DI SIKAKAP, INVESTASI BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN

BUDIDAYA KERAPU DI SIKAKAP, INVESTASI BISNIS YANG MENGUNTUNGKAN

http://ichastore.com/Sikakap (8/03/2016), Bertambahnya pupulasi manusia di dunia dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan membuat usaha budidaya ikan memiliki prospek yang cerah. Selama manusia masih gemar makan ikan, bisnis perikanan merupakan bisnis yang tidak akan ada matinya.
Kepulauan mentawai memiliki potensi perairan yang luas dan potensi budidaya ikan kerapu yang sangat bagus. Pengembangan budidaya kerapu di kepulauan mentawai yeng dilakukan oleh hatcheri Sikakap yang merupakan pelaksana teknis Dinas Perikanan Kabupaten kepulauan mentawai. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat melalui Balai Besar Budidaya Air Laut Teluk Buo berkomitmen mendukung aktivitas budidaya kerapu air laut di Sikakap.
Bisnis budidaya ikan kerapu (epinephelus sp) cukup menjanjikan. Usaha ini cukup membantu pembudidaya yang fokus pembenihan maupun pembesaran. Permintaan pasar ikan kerapu, baik dalam negeri maupun luar negeri cenderung meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian, budidaya kerapu dapat dijadikan salah satu peluang bisnis yang sangat potensial.

PENGEMBANGAN BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOK

PENGEMBANGAN BUDIDAYA LELE SISTEM BIOFLOK

Tanggal post: 14-03-2016, Jam 14:42 WIB | User: Budidaya

Budidaya ikan lele system bioflok adalah budidaya ikan yang menumbuhkan mikroorganisme yang berfungsi mengubah limbah budidaya seperti sisa pakan dan kotoran ikan menjadi gumpalan-gumpalan kecil (floc) sehingga menjadi makanan alami bagi ikan. Penumbuhan mikroorganisme dipicu dengan cara memberikan kultur bakteri non phatogen (probiotik) yang bisa berupa minyak tepung ikan yang difermentasi dengan molase(tetes tebu).  Budidaya ini membutuhkan mesin aerator yang memasok siskulasi oksigen, jadi ketersediaan listrik sangat menentukan keberhasilan system budidaya bioflok.
Sistem budidaya ini dimaksudkan untuk menghemat lahan, hemat air, hemat pakan dan padat tebar tinggi  pada budidaya lele biasa padat tebar sekitar 100 ekor per meter persegi sedangkan untuk system bioflok dalam 1 meter kubik air pada tebar bisa 500 – 600 ekor.
Pada tahun 2015 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi  melaksanakan percontohan budidaya system bioflok ini di Sumatera Barat pada dua lokasi yaitu Kota Padang dan Kabupaten Dharmasraya.
Pada tanggal 2 Maret 2016 dilaksanakan panen perdana percontohan lele bioflok yang di Kota Padang yaitu pada Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan Dapur Lele) yang diketuai oleh Sdr. Rahmat.  Panen dilakukan untuk dua kolam bulat dengan diameter 2 meter yang dibuat dari bahan fiber glass.  Dimana pada awalnya ikan ditebar sebanyak 2500 ekor, ukuran panjang 6-7 cm per ekor, setelah dilakukan sortir ikan menjadi 2000 ekor, dan setelah 90 hari dilakukan panen dengan hasil sebanyak 215 kilogram, ukuran 5 -6 ekor per kilogram, dan menghabiskan pakan sebanyak 150 kilogram, dengan demikian penggunaan pakan cukup efisien, dengan budidaya biasa untuk 1 kilogram ikan lele dibutuhkan pakan 1 kilogram (1 :1) tetapi dengan system bioflok 1 kilogram ikan lele hanya membutuhkan pakan 700 gram (1 : 0.7).http://ichastore.com/